VISI PAROKI:

Gereja Umat Allah yang dengan bimbingan Roh Kudus terus menerus membangun persekutuan sehati sejiwa, yang berpusat pada Yesus Kristus; berakar dalam komunitas jemaat Lingkungan, beriman mendalam, kokoh, dewasa, misioner dan memasyarakat

26 April 2007

Wawancara: Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr

Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono :
Begini Modelnya Dipilih Jadi Uskup ?
Wawancara jarak jauh dengan Uskup terpilih yg berada di Manila, Filipina berikut petikannya:

Kapan pertama kali Monsinyur diberitahu tentang penunjukan sebagai Uskup?
Minggu, 1 April 07, pk 07.45 waktu Manila. Awalnya, saya dihubungi lewat hp sebanyak 3x, tapi tidak saya hiraukan. Lalu , saya menerima sms dr Papal Nuncio Mgr Leopoldo Girelli ( untuk return call). Isi pesan singkat itu: Anda ditunjuk Bapa Suci menjadi Uskup Surabaya, beri jawaban ya terima atau tidak besok lewat telp jam 10.

Bagaimana perasaan Monsinyur atas penunjukan tersebut?

Wah…perasaan saya campur –campur ! Saya terharu. Saya merasa tidak pantas! Begini modelnya dipilih jadi Uskup? Tetapi saya percaya Tuhan memberi kekuatan dan Umat mendukung saya, maka saya bersedia menerimanya! Saya sampai tidak bisa tidur. Doa dan refleksi diri, siapa saya dan siapa Tuhan di balik semua ini untuk menentukan saya pantas, dan apa yang bisa diharapkan dari saya. Kadang saya hanya diam sambil memelintir manik-manik rosario kesayangan. Paginya saya lumayan tenang. Lalu ,saya menjawab ya saya terima penunjukan sebagai Uskup Surabaya. Penunjukan ini datang bertepatan pada masa memasuki Pekan Suci, saya memaknai peristiwa ini sebagai panggilan untuk berkorban sehabis-habisnya seperti Kristus.

Menurut Monsinyur, mengapa Vatikan menunjuk Anda menjadi Uskup Surabaya.

Wah soal ini, saya tidak dalam posisi menjawab. Itu pihak Vatikan dan terutama bapa Suci Paus Benediktus XVI. Saya hanya mengenal diri saya secara biasa dengan kapasitas seperti siap mengabdi dengan cara apa pun, terbuka untuk kritik diri, mau berkorban, rata-rasa gembira, dan mencoba gembira bekerja untuk Tuhan dan Umat. Secara rohani saya berusaha lebih mencintai Tuhan dan UmatNya. Umat Keuskupan Surabaya karena itu saya pilih menjadi imam praja. Imam diosesan yang dari dan untuk Keuskupan Surabaya.

Bagaimana dengan studi Monsinyur?

Saya sedang mengurus kesiapan disertasi studi psikologi konseling di Manila. Tapi saya akan memprioritaskan perintah Nuncio selanjutnya.
Apakah sebelumnya ada tanda-tanda Monsinyur akan dipilih menjadi Uskup?
Saya tidak bisa menjawab iya. Setiap pastor sering diselorohi umat. “Eh romo ini cocok jadi Uskup lo, calon uskup ya?” Ya ada yang bercanda – tawa riang.

Apakah Monsinyur mengetahui dengan baik kondisi umat Keuskupan Surabaya?

Tahu baik? Lumayan lah! Ya, sejauh saya berjuang untuk terus mau jadi imam di seminari, sejauh saya mau bekerja di lingkungan pembinaan imam ( seminari menengah 6 th, seminari tinggi 9 th); sejauh ikut-ikut berpikir dan merasakan “ detak-detak jantung iman” dalam dewan konsultores keuskupan: sejauh suka duka imamat terutama bersama rekan-rekan imam praja UNIO Surabaya.

Apa Visi dan Misi Monsinyur untuk perkembangan umat Keuskupan Surabaya?.

Visi misi belum bisa saya rumuskan mungkin sebaiknya nanti bersama-sama para imam dan umat dalam sinode keuskupan. Namun, singkatnta secara pribadi visinya untuk tetap berakar, berkembang, dan berbuah dalam kasih Tuhan. Karena itu saya terpanggil untuk lebih peka dan mengusahakan kesejahteraan yang lain.
Kapan dan oleh siapa Monsinyur akan ditahbiskan sebagai Uskup?
Belum tahu kapan, sms dari Pastor Haryanto CM ( Administrator Diosesan) dan Pastor Jelantik ( Sekretaris Keuskupan), dalam bulan juni. Oleh siapa? Saya tidak tahu. Halitu akan ditentukan KWI.

Apa harapan Monsinyur terhadap umat Keuskupan Surabaya?.

Saya berharap banyak untuk semua yg baik. Umat Keuskupan Surabaya punya karakteristik terbuka, ceria, optimis, berani, dinamis, rela berkorban, kuat dlm devosi, dan sebagainya. Itu kelihatan denagn perkembangan umat yg pesat, sekalipun harus mengalami ancaman pindah Gereja dan agama. Tentu semua ini perlu direspons dgn “pembinaan jiwa” untuk lebih berakar dalam kasih tuhan, persatuan dlm satu tubuh gereja dan Kristus sang Kepala. Sekarang banyak gerakan dr kelompok2 umat muncul, sbg jawaban dr keresahan dan kerinduan sosial maupun rohani. Jadi, yg kuantitas berjalan seiring dengan yg kualitas.

Apakah Monsinyur sudah menemukan motto tahbisan?

Belum, masih perlu renungan dulu. Sementara, hal pertama yang harus dilakukan yaitu pulang ke Surabaya pada 13 April, lalau ke Jakarta menghadap Papal Nuncio untuk menerima surat resmi.

Sumber : Sajian khusus majalah Hidup hal 46-47 15 Apr 2007.

Tidak ada komentar: