VISI PAROKI:

Gereja Umat Allah yang dengan bimbingan Roh Kudus terus menerus membangun persekutuan sehati sejiwa, yang berpusat pada Yesus Kristus; berakar dalam komunitas jemaat Lingkungan, beriman mendalam, kokoh, dewasa, misioner dan memasyarakat

20 Desember 2008

RENUNGAN UNTUK SANMARIANN

Awal bulan Desember ketika diminta memberi rekoleksi sehari di sebuah universitas, saya mengenal seorang mahasiswi yang begitu ceria, penuh semangat dan kelihatan tanpa masalah. Tak ada yang menyangka bahwa di balik senyumnya yang ceria, dinamikanya yang penuh semangat justru ketika mendapat kesempatan bersharing ia mengisahkan, bagaimana kehidupannya yang penuh dengan kekelaman.

Ia menceritakan ayahnya meninggal ketika masih kelas 2 SMP, “dibacok orang”, katanya. Kematian ayahnya itu kemudian menyeret ibunya masuk penjara dan dihukum seumur hidup. Ibunya diduga terlibat dalam rencana pembunuhan suaminya sendiri. Sementara ketiga adiknya masih membutuhkan kasih sayang dan biaya untuk sekolah. Ia pun harus tinggal di sebuah panti asuhan sementara adik-adiknya diasuh om dan tante.

Melewati kenangan pahit itu, kini ia bisa kembali hidup bersama dengan ibunya yang telah bebas karena mendapat remisi. Juga bersama adiknya di sebuah rumah. Namun beban masih ada, karena ibunya sakit, kondisinya lemah dan tak bisa bekerja. Pula biaya sekolah dan rencana meneruskan kuliah adiknya. Semua mata menatapnya tak percaya, seperti tersihir kisah surprise karena berbeda dengan kesehariannya yang tampak ceria. Segera setelah usai bersharing, tepuk tangan membahana.

Di akhir rekoleksi ketika bertemu dengannya saya sempat mengucapkan, “Kamu hebat…”. “Lho kenapa Romo?”, tanyanya.”Kalau saya yang mengalami itu pasti saya tidak tahan. Mungkin sudah bunuh diri”, jawab saya sekenanya. “Kok gitu?”, kejarnya lagi. “Ya kamu tidak kelihatan rapuh. Kebanyakan temanmu juga tidak menyangka kan?. Kamu kelihatan ceria, aktif dan seperti tidak ada masalah”. “Romo, yang hebat itu bukan saya, tapi Mas J”, katanya. J artinya Yesus.

Lalu ia mengisahkan bahwa banyak orang yang membantunya, mendukungnya dan selama ini membiayai kuliahnya. Itu semua yang direfleksikannya sebagai kebaikan Yesus. Karena ada orang yang masih berbuat baik itulah, ia masih bisa melihat kebaikan Yesus. Karena ada orang yang membantu meringankan beban hidupnya, membantu biaya kuliah dan sekolah adik-adiknya itulah maka ia masih bisa merasakan bahwa Allah itu baik, Allah itu maha kasih dan penyayang.
Perjumpaan dengan seorang yang berbeban berat dan masih bisa merasakan kebaikan Tuhan menyadarkan saya. Semoga kita pun bisa mengalami kasih sayang Allah. Lebih dari itu semoga kita juga meneruskan kasih sayang Allah kepada mereka yang membutuhkan. Allah rela menjadi manusia supaya kita sebagai manusia lebih mudah mengalami kasihNya dan belajar bagaimana cara Allah mengasihi manusia. Dan kita pun ditantang menjadi saluran kasihNya, agar sebanyak mungkin orang mengalami dan merasakan kasihNya. Memang, Allah menjadi manusia tak lain agar sebanyak mungkin orang mengalami dan merasakan kasihNya. Mengertikah kita? Selamat Natal 2008 ( Rm A.Luluk Widyawan Pr )

Tidak ada komentar: